Selasa, 03 Februari 2015




Disusun Oleh Ikhsan
I’JAZ AL-QUR’AN

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, eksistensinya telah menarik minat segenap umat manusia. Kemampuan ajarannya dalam melakukan  reformasi total dengan merubah jalan hidup umat manusia dalam segenap aspek kehidupannya dalam tempo singkat merupakan sebuah kenyataan yang sulit ditandingi ajaran-ajaran/agama lain. Kitab ini diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui Rasul-Nya Muhammad SAW sebagai pedoman dalam menempuh kehidupan. Merupakan kitab terakhir dari Tuhan semesta alam dan melalui Rasul-Nya yang terakhir, yang tidak akan ada lagi kitab dan rasul setelahnya sampai datangnya hari kiamat, sehingga isi ajarannya mencakup segenap aspek kehidupan dan berlaku sepanjang masa. Ajaran pamungkas inilah yang akan membawa umat manusia pada kehidupan yang lebih baik di bawah ridlo Allah SWT. Dengan demikian al-Qur’an merupakan wujud ajaran yang universal dan abadi sepanjang masa[1].
    Fenomena tersebut menjadikan al-Qur’an sebagai bahan kajian yang sangat menarik minat umat manusia umumnya, disamping umat Islam sendiri sebagai upaya untuk memahami ajaran yang terkandung di dalam al-Qur’an itu sendiri. Dikatakan, bahwa sepanjang sejarah belum pernah ada kitab suci selain al-Qur’an, yang dikaji sedemikian mendalam dan terperinci dalam segenap aspek perwujudannya, bukan saja oleh umatnya sendiri tapi juga umat lain. Kajian itu mulai dari bahasanya, hurufnya, sejarah turunnya, upaya kodifikasinya, isinya, logika ajarannya, dan sebagainya, bahkan langgam irama bacaannya. Sudah menjadi kenyataan bahwa al-Qur’an adalah mu’jizat terakhir yang diberikan Allah kepada  Rasul-Nya .
Dalam makalah ini penulis berusaha mengupas al-Qur’an sebagai sebuah fenomena mu’jizat, dalam hal ini yang ditekankan adalah pembahasan tentang mu’jizat al-Qur’an atau I’jazul qur’an. Sebagai sebuah makalah yang berfungsi sebagai pengantar diskusi lebih lanjut, makalah ini teramat singkat, namun diupayakan memiliki kedalaman bahasan, sehingga mampu memberikan pemahaman tentang ‘Ijaz Al Qur’an, InsyaAllah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan I’jaz dan Mu’jizat ?
2.      Apa saja syarat-syarat mu’jizat ?
3.      Apa tujuan dan peranan mu’jizat ?
4.      Pembagian mu’jizat ?
5.      Apa saja unsur-unsur  mu’jizat ?
6.      Bagaimana sisi-sisi kemu’jizatan Al – Qur’an ?
7.      Apa itu mu’jizat bi Al-Sharfah ?
8.      Apa saja faktor-faktor  yang menyebabkan kegagalan dan ketidakmampuan bangsa arab dalam menandingi  al-quran ?

C.    Tujuan dan Manfaat
1.      Mendefinisikan I’jaz dan Mu’jizat.
2.      Menjelaskan dan menyebutkan syarat-syarat mu’jizat.
3.      Menjelaskan tujuan dan peranan mu’jizat.
4.      Menyebutkan dan menjelaskan pembagian mu’jizat.
5.      Menyebutkan dan menjelaskan saja unsur-unsur  mu’jizat.
6.      Menjelaskan sisi-sisi kemu’jizatan Al – Qur’an.
7.      menjelaskan mu’jizat bi Al-Sharfah.
8.      Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor  yang menyebabkan kegagalan dan ketidakmampuan bangsa arab dalam menandingi  al-quran.



PEMBAHASAN
A.    Pengertian I’jaz dan Mu’jizat
1.      I’jaz
Dari segi bahasa (etimologi), i’jaz berasal dari kata a’jaza  yu’jizu  i’jazan   yang artinya melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan. Sedangkan menurut istilah  i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al-Qaththan dan Ali al-Shabuny, Manna Khalil al-Qaththan mendefiniskan i’jaz sebagai “menampakan kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain, sebagai seorang rasul utusan Allah swt. dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mu’jizat yang abadi, yaitu al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.” Sementara Ali al-Shabuny mengartikan i’jaz sebagai “menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok atau bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya…” Jadi i’jaz  ini upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian. Wajar dalam konsep i’jaz ini kalau konsepsi kenabian diklaim sebagai kebenaran yang tidak bisa dibantah, apalagi dikalahkan.
2.      Mu’jizat
Secara bahasa mu’jizat terambil dari bahasa Arab A’jaza (ﺯﺠﻋﺃ) yang berarti me-lemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelaku (yang melemahkan) disebut mu’jiz (ﺯﺠﻌﻣ) dan bila kemampuan melemahkan pihak lain sangat menonjol sehingga mampu membuat lawan tidak berkutik maka dinamai mu’jizat ( ﺓﺯﺠﻌﻣ). Adanya ta marbuthah  ( ﺓ ) pada kata tersebut mengandung makna mubalaghah (superlatif)[2].
Mu’jizat merupakan dalil-dalil dari Allah SWT kepada hamba-hambanya yang bertujuan membenarkan risalah para Rasul-Nya[3]. Dari beberapa pendapat para ahli studi al-Qur’an, maka bisa diambil kesimpulan secara  istilah bahwa mu’jizat ialah sesuatu yang luar biasa ajaib atau menakjubkan yang diberikan oleh Allah SWT kepada para Rasul-Nya sebagai bukti kerasulan mereka yang ditantangkan kepada mereka yang meragukan kebenaran kerasulan para Rasul untuk mendatangkan yang serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Jadi mu’jizat merupakan sestau yang mu’jiz atau yang melemahkan dikarenakan keluarbiasaannya yang tidak bisa ditandingi.
B.     Syarat-syarat Mu’jizat
Syarat-syarat mu’jizat menurut penjelasan para ulama ada lima, bila kelima-limanya tidak terpenuhi maka tidak dapat dikatakan sebagai mu’jizat.
1.      Mu’jizat harus berupa sesuatu yang tidak bisa disanggupi oleh makhluk apapun. Seandainya datang seorang pada suatu masa dimana kedatangan rasul-rasul masih mungkin, lalu ia mengaku membawa risalah yang menjadikan mu’jizatnya berupa ”biza berdiri dan duduk”, makan dan minum, dan bisa bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Maka apa yang diakuinya ini bukan berupa mu’jizat dan tidak menunjukkan kebenarannya, karena semua makhluk bisa berbuat seperti itu. Tetapi hendaknya mu’jizat itu harus terdiri dari suatu yang yang dimana manusia atau makhluk apapun tidak bisa mengerjakannya, seperti membelah lautan, membelah bulan, menghidupkan orang yang sudah mati dan seterusnya.
2.      Tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengna hukum alam. Yaitu bertentangan dnegan adat. Kalau ada ada seorang yang mengaku nabi berkata: mu’jizatku adalah matahari terbity dari timur dan terbenam di barat, dan siang akan muncul setelah malam, amaka yang ia akui itu bukan mu’jizat, karena hal-hal seperti ini meskipun tidak ada yang bisa kecuali Allah SWT, itu tidak dikerjakan oleh dirinya sendiri dan memang sudah ada sebelumnya, di samping tidak ada bukti yang menunjukkan kebenarannya.
3.      Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seornag yang mengaku mambawa risalah Ilahi sebagai bukti atas kebenaran dari pengakuannya. Yaitu dinyatakan oleh seseorang yang mengaku sebagai nabi dan mu’jizat itu terjadi ketika dituntutnya sebagai bukti kebenaran pengakuannya. Apabila seseorang mengaku bahwa mu’jizatnya itu adalah benda padat bisa berubah menjadi binatang atau manusia kemudian tidak berubah, maka tidak menunjukkan atas kebenaran kelakuannya
4.      Terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mu’jizat tersebut. Yaitu adanya mu’jizat timbul sesuai dengan pengakuan tidak sebaliknya ata bertentangan, karena kalau mu’jizat tidak sesuai dengan pengakuannya berarti mendustakan orang yang mengakuinya. Diceritakan bahwa Musailamah al-Kadzab (semoga dilaknat Allah) diminta kawan-kawannya untuk meludahi sumur agar airnya menjadi banyak, tetapi sumur itu malah menjadi kering. Maka hal ini menunjukkan atas kedustaannya.
5.      Tidak akan ada seorangpun yang dapat membuktikan dan menandingi dalam pertandingan tersebut. Mu’jizat itu tidak bisa ditentang/ditandingi. Apabila mu’jizat itu bisa ditandingi, maka batallah kedudukannya sebagai mukjzat dan tidak menunjukkan atas kebenaran orang yang memilikinya. Paabila ada seorang yang bisa membelah lautan atau bulan, maka hal itu bukanlah lagi menjadi sebuah mu’jizat. Oleh karena itu Allah berfirman:

فليأتوا بحديث مثله إن كانوا صدقين

Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Quran jika mereka orang-orang yang benar. (QS. Ath-Thur: 34)
Kelima syarat tersebut di atas bila terpenuhi semuanya, maka suatu hal yang timbul dari kebiasaan tersebut adalah mu’jizat yang menyatakan atas kenabian orang yang mengemukakannya dan menyatakan bahwa mu’jizat akan muncul dari tangannya. Sebaliknya, bila kelia persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka tidaklah disebut mu’jizat dan bukan pula sebagai dalil dari kebenaran seseorang yang mengakunya.
Selain itu ada juga ulama yang memberikan syarat-syarat lain yang berhubungan dengan kebenaran dari suatu peristiwa yang dikatakan sebagai mu’jizat. Yaitu antara lain:
1.      Sesuatu yang di luar dari kebiasaan manusia mengenai sunnah alam dan kenyataan yang terjadi
2.      Disertai oleh penghadangan atau tantangan dari orang yang mendustakan atau ragu-ragu terhadapnya.
3.      Suatu urusan yang tidak punya penghadangan, lalu ada kesempatan bagi seseorang untuk menentangnya dan dia lakukan saingannyam maka ia tidak dinamakan mu’jizat[4].

C.    Tujuan dan Peranan Mu’jizat
a.      Tujuan
            I’jaz adalah melemahkan. Dalam hal ini al-Qur’an melemahkan umat manusia untuk bisa menandinginya. Ada beberapa tujuan I’jaz al-Qur’an, yaitu:
1.     Membuktikan akan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW,
2.     Membuktikan bahwa al-Qur’an itu benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan Jibril atau tulisan Nabi Muhammad SAW,
3.     Menunjukkan akan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia (bahasa arab) yang pada saat itu dalam puncak kejayaannya,
4.     Menunjukkan bahwa daya dan rekayasa manusia tidak sebanding dengan kesombongan dan keangkuhannya[5].
            Tujuan ini selaras dengan tujuan-tujuan diberikannya mu’jizat kepada para Rasul sebelumnya. Dengan dihadapkan pada suatu fenomena yang berada diluar jangkauan kemampuan manusia, maka diharapkan terbukanya pintu hati manusia akan kebenaran risalah yang dibawa seorang Rasul.
b.      Peranan
-          Al-qur’an kitab yang universal
Al-qur’an tidak menghususkan pembicaraannya kepada bangsa tertentu seperti bangsa arab atau kelompok tertentu, seperti kaum muslimin. Akan tetapi, ia berbicara kepeda seluruh manusia, baik umat islam maupun non islam, termasuk orang-orang kafir, musyrik, yahudi, nasrani, maupun bani israil. Al-qur’an menyatu kepada semua penghuni alam tanpa membedakan setatus dan golongan
-          Al-qur’an kitab yang sempurna
Tujuan al-qur’an akan dapat di capai dengan pandangan realistik terhadap alam dan dengan melaksanakan pokok-pokok akhlak serta hukum-hukum perbuatan.
-          Al-qur’an kitab yang abadi
Al-qur’an adalah kitab yang abadi sepanjang masa. Suatu perkataan yang sepenuhnya benar dan sempurna  maka tidak mungkin ia terbatas oleh zaman
-          Al-qur’an mengandung kebenaran
Al-qur’an menjadi bukti kebenran nabi muhammad saw. Bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam bentuk tantangan yang sifatnya bertahap.



D.    Pembagian Mu’jizat
Menurut Muhammad Syahrur mu’jizat dapat diklarifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Mu’jizat Material Indrawi
Artinya Mu’jizat yang tidak kekal. Maksudnya mu’jizat jenis ini hanya berlaku pada  Nabi selain Nabi Muhammad Saw dan juga mu’jizat ini hanya berlaku untuk jaman tertentu, kapan mu’jizat tersebut diturunkan. Oleh karena itu wajar kalau sifat mu’jizat tersebut tidak kekal.. Secara umum dapat diambil contoh adalah mu’jizat nabi Musa AS dapat membelah lautan, mu’jizat nabi Daud AS dapat melunakkan besi, mu’jizat nabi Isa AS dapat menghidupkan orang mati, mu’jizat nabi Ibrahim AS tidak hangus oleh api saat dibakar dan mu’jizat-mu’jizat nabi  lainya.
2.      Mu’jizat Immaterial
Artinya Mu’jizat ini bersifat kekal dan berlaku sepanjang zaman. Mu’jizat tersebut adalah al-Quran al-Karim. Hal ini, menurut Syahrur, karena Muhammad (sebagai penerima mu’jizat ini) nabi terakhir, sehingga mu’jizatnya harus memiliki sifat abadi dan berlaku sampai dunia ini hancur. Secara lebih gamblang, Syahrur membedakan mu’jizat Nabi muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya. Pertama, aspek rasionalitas kenabian Muhammad dengan mu’jizat yang berupa al-Quran mendahului pengetahuan inderawi, yaitu dalam bentuk mutasyabih. Setiap zaman berubah, konsepsi-konsepsi al-Quran masuk ke dalam wilayah pengetahuan inderawi, yang disebut sebagai takwil langsung, yaitu kesesuaian antara teks pengetahuan terhadap hal inderawi. Kedua, al-Quran memuat hakekat wujud mutlak yang dapat dipahami secara relatif, sesuai dengan latar belakang pengetahuan, pada masa yang di dalamnya usaha pemahaman al-Quran dilakukan. Ketiga, Kemu’jizatan al-Quran bukan hanya bentuk redaksinya saja, tapi juga kandungannya.

E.     Unsur-Unsur  Mu’jizat
M. Quraish Shihab menjelaskan empat unsur mu’jizat, yaitu:
1.      Hal atau peristiwa yang luar biasa. Peristiwa-peristiwa alam atau kejadian sehari-hari walaupun menakjubkan tidak bisa dinamakan mu’jizat. Ukuran “luar biasa” tersebut adalah tidak bertentangan dengan hukum alam, namun akal sehat pada waktu terjadinya peristiwa tersebut belum bisa memahaminya.
2.      Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi. Artinya sesuatu yang luar biasa tersebut muncul dari atau berkenaan dengan seorang Nabi. Peristiwa besar yang muncul dari seorang calon Nabi tidak bisa dikatakan mu’jizat, apalagi dari manusia biasa seperti kita.
3.      Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Mu’jizat terkait erat dengan tantangan dan jawaban terhadap orang-orang yang meragukan kenabian. Jadi peristiwa yang terkait dengan Nabi, tapi tidak berkenaan dengan kenabian tidak bisa dikatakan sebagai mu’jizat.
4.      Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani. Mu’jizat merupakan tantangan terhadap orang-orang yang meragukan atau mengingkari kenabiaan dan mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut. Oleh karena itu, kalau tantangan tersebut mampu dilawan atau dikalahkan, maka tantangan tersebut bukan lah bentuk mu’jizat[6].
Keempat unsur tersebut menjadi syarat bagi peristiwa tertentu sehingga peristiwa ini bisa dinamakan mu’jizat. Kalau salah satu unsur tersebut tidak ada, maka persitiwa itu tidak bisa dikatakan sebagai mu’jizat. Untuk memahami esensi keempat unsur mu’jizat tersebut, kita mesti memahami sisi-sisi kemu’jizatan, khususnya kemu’jizatan al-Quran.

F.     Sisi-sisi Kemu’jizatan Al – Qur’an
Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy menyebutkan segi-segi kemu’jizatan al-Quran, yaitu:
1.      Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh orang-orang Arab
2.      Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang dimiliki oleh bangsa  Arab
3.      Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk termasuk jenis manusia
4.      Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan lainnya
5.      Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Quran itu sendiri
6.      Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
7.      Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
8.      Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat  dan ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).
9.      Dapat memenuhi kebutuhan manusia
10.  Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan musuh-musuhnya
11.  Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan. 
Al-Mawardi menerangkan dua puluh hal yang menunjukan kemu’jizatan al-Quran, yaitu:
  1. Kefashahan al-Quran dan cara penjelasannya
  2. Keringkasan lapad al-Quran, tapi sempurna maknanya
  3. Nazham uslub-nya yang unik. Ia tidak termasuk ke dalam kalam yang ber-nadzam, tidak termasuk ke dalam syi’ar atau rajaz, tidak bersajak dan bukan pula bersifat khatbah.
  4. Banyak makna-maknanya yang tidak dapat dikumpulkan oleh oleh pembicaraan manusia.
  5. Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh manusia dan tidak dapat berkumpul pada seseorang.
  6. Al-Quran mengandung berbagai hujjah dan keterangan untuk menetapkan ketauhidan dan menolak i’tiqad-i’tiqad yang salah
  7. Al-Quran mengandung khabar-khabar orang yang telah lalu dan umat-umat purbakala.
  8. Al-Quran mengandung khabar-khabar yang belum terjadi, kemudian terjadi persis sebagaimana yang dikhabarkan.
  9. Al-Quran menerangkan isi-isi hati yang tidak dapat diketahui melainkan oleh Allah sendiri.
  10. Lafad-lafad al-Quran melengkapi jazal mustarghab dan sahl al-mustaqrab. Dalam pada itu, tidak dipandang sukar jazal-nya dan tidak dipandang mudah sahl-nya.
  11. Pembacaan al-Quran mempunyai khushusiyah dengan kelima penggerak yang tidak didapatkan pada selainnya. Pertama, kelembutan tempat keluarnya. Kedua, keindahan dan kecantikannya. Ketiga, mudah dibaca nadzam-nya dan saling berkaitan satu sama lain.Keempat, enak didengar, dan kelima, pembacanya tidak jemu membacanya dan pendengarnya pun tidak bosan mendengarnya.
  12. Al-Quran dinukilkan dengan lafad-lafad yang diturunkan. Jibril menyampaikannya dengan lafad dan nazham-nya. Rasul pun meneruskan kepada umat persis sebagaimana yang diterima dari Jibril.
  13. Terdapat makna-makna yang berlainan di dalam sesuatu. Yakni di dalam sesuatu surat itu kita mendapatkan berbagai rupa masalah. Kemudian masalah-masalah itu kita temukan di dalam surat-surat lain
  14. Perbedaan ayat-ayatnya, ada yang panjang dan ada yang pendek, tidak mengeluarkan al-Quran dari uslub-nya.
  15. Walaupun kita sering sekali membacanya, namun kita tidak dapat mencapai kepashahannya, karena al-Quran itu di luar tabi’at manusia.
  16. Al-Quran mudah dihapal oleh segala lidah.
  17. Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat pembicaraan terbagi tiga:
a.       Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.
b.      Syi’ir yang hanya dapat disusun oleh sebagian manusia
c.       Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup dicapai oleh golongan a dan b.
  1. Tambahan yang disisipkan atau pengubahan lafad-lafadnya dapat diketahui.
  2. Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran.
  3. Allah memalingkan manusia dari menentangnya[7].

G.    Mu’jizat bi Al-Sharfah
Demikianlah kemu’jizatan al-Qur’anyang sedemikian agung dan luar baisa. Meski demikian, ternyata ada aliran yang berpendapat, yaitu aliran Sharfah yang menerangkan tentang kemu’jizatan al-Qur’an, dimana manusia tidak akan mampu menandinginya, adalah dikarenakan Allah SWT memang melemahkan kemampuan manusia yang sebenarnya mampu melakukan hal tersebut. Aliran ini banyak mendapat kritik dari para ulama’.  Dan memang, tanpa harus dilemahkan, jika mengkaji segi-segi kemu’jizatan al-Qur’an di atas, pastilah tidak akan ada yang mampu menandingi al-Qur’an.[8]

H.    Faktor-Faktor  Yang Menyebabkan Kegagalan dan Ketidakmampuan Bangsa Arab dalam Menandingi  al-Quran
Ada lima faktor  yang menyebabkan kegagalan dan ketidakmampuan bangsa arab dalam menandingi  al-quran, yaitu:
1.      Ketika menyusun syi’ir-syi’ir atau teks lisan lainnya, bangsa arab hanya mampu mensifati benda-benda yang bisa dilihat, seperti kuda, unta, perempuan, dll. Namun al-Quran, selain mensifati benda-benda yang bisa dilihat, tapi juga mampu memaparkan hal-hal ghaib, termasuk sejarah-sejarah masa lalu dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
2.      Bagaimanapun hebatnya para pujangga dan orator Arab dalam menyusun kata-kata dan merangkai kalimat, mereka tidak mampu menyusun kata dan rangkaian kalimat yang semuanya fasih dan baligh. Sedangkan semua susunan kata dan rangkaian kalimta al-Quran fasih dan baligh, sehingga tidak seorang pun mampu menandinginya.
3.      Ketika para sastrawan Arab berulang-ulang memberikan sifat tentang sesuatu benda atau peristiwa yang terjadi dengan kalimat berbeda-beda, maka kalimat yang kedua berbeda maksudnya dengan kalimat yang pertama. Tetapi al-Quran tidaklah demikian, sekalipun kalimat yang satu diulang-ulang dengan menggunakan kalimat yang lain, namun ayat-ayat al-Quran tidak berubah dari tujuan yang semula, bahkan akan menambah kefasihannya.
4.      Para sastrawan Arab  yang paling tersohor sekalipun, hanya dapat menyusun syi’ir yang fasih dan baligh hanya dalam satu bidang saja, sedang dalam bidang lainnya tidak. Tetapi al-Quran semua susunan kalimat dan ayat –ayatnya fasih dan baligh.
5.      Kandungan syi’ir –syi’ir para pujangga dan sastrawan Arab banyak berisi kebohongan dan kepalsuan, namun semua kandungan al-Quran sangat bersih dari kedustaan dan kepalsuan.

 PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      I’jaz adalah  upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian. Sedangkan Mu’jizat adalah Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu
2.      Mu’jizat terbagi menjadi dua, yaitu mu’jizat material indrawi yang bersifat tidak kekal dan berlaku untuk jaman tertentu, dan mu’jizat immaterial, bersifat kekal dan abadi, yang dapat dibuktikan sepanjang masa, dan berlaku sampai dunia ini berakhir.
3.      Unsur mu’jizat ada empat, yaitu hal atau peristiwa yang luar biasa, terjadi atau dipaparkan oleh seorang nabi, mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian, dan tantangan tersebut tidak mampu dilayani.
4.      Menurut Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy, segi-segi kemu’jizatan al-Quran ada sebelas, sementara menurut al-Mawardi ada dua puluh. Segi-segi kemu’jizatan tersebut saling berkaitan satu sama lain.
5.      Mu’jizat bi Al-Sarfah adalah mu’jizatnya alqur’an yang dibahas oleh suatu aliran yang diberi nama Al Sarfah pembahasan mereka tentang mu’jizat al qur’an bahwa manusia tidak akan mampu menandinginya, dikarenakan Allah SWT memang melemahkan kemampuan manusia yang sebenarnya mampu melakukan hal tersebut. Aliran ini banyak mendapat kritik dari para ulama’.
6.      Ada lima faktor yang menyebabkan manusia tidak mampu menandingi al-Quran. Kelima faktor tersebut telah terbukti terjadi pada bangsa Arab dan akan selalu menjadi alasan sampai kapan pun mengapa manusia tidak akan mampu menandingi al-Quran.
B.     Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan Makalah ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini, karena penulis manusia yang tidak luput dari salah dan lupa, disini penulis berharap pada pembaca untuk mengkritik dan member saran guna untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Qur’an Bapak Iskandar Usman, Prof Dr, MA yang telah memberi kami tugas membuat makalah ini untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dan juga pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

Ash Shabuny, Mohammad , Dkk. 1996. Pengantar Study Al-Quran (At-Tbyan). Bandung: PT. Alma’arif.
Shihab, Quraish. 2004. Mu’jizat Al-Quran ditinjau dari Aspek KEbahassan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan.
Masyhur, Kahar. 1992. Pokok-Pokok Ulumul Quran. Jakarta, Renika Cipta.
Jalil, Abd. 1998. Ilmu al-qur’an. Bogor. Dunia Ilmu.



MAKALAH

I’JAZ AL-QUR’AN

Mata Kuliah
‘ULUMUL QUR’AN

DI
S
U
S
U
N

Oleh :
I K H S A N
NIM: 26142117-2/ Unit: V

Dosen Pembimbing
Iskandar Usman, Prof Dr, MA


PROGRAM PASCASARJANA UI N AR-RANI RY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2014




                        [1] Mohammad Aly Ash-Shabuny, Pengantar studi Al-Qur’an (At-Tibyan), PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1984, hal. 98
                        [2]   Quraish Shihab, Mu’jizat Al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, Cet. IX, Mizan, Bandung, 2001, hal. 23

                        [3]   Mohammad Aly Ash-Shabuny, ‘Ulumul quran.Cit., hal. 103

[4] Drs. H. Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Quran, Jakarta, Renika Cipta, 1992
                        [5]  Prof.Dr. H. Abd. Jalil, Ilmu al-qur’an, Dunia Ilmu, 1998, hal. 270
[6] Quraish Shihab, Mu’jizat Al-Quran ditinjau dari Aspek KEbahassan Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, Bandung, Mizan, 2004
[7] Mohammad Ash Shabuny, Pengantar Study Al-Quran (At-Tbyan), Bandung, PT. Alma’arif, 1996.
[8] Ibid

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!